DIA dikenal sebagai sosok yang bisa diandalkan dan juga begitu energik. Sesuai tuntutan dan panggilan jiwa dan mempunyai rasa tanggung jawabnya di bidang kewartawanan. Pun pengabdiannya kepada masyarakat begitu tinggi. Sangat wajar bila dirinya diberikan kesempatan untuk mengemban aspirasi masyarakat Turatea pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 mendatang.
Selama tiga tahun belakangan ini, Mallombassang Kapi belum bisa memutuskan apakah dirinya terjun ke panggung politik atau tetap dengan profesi lamanya menjadi seorang wartawan yang dia tekuni selama hampir tujuh tahun.
Akhirnya dengan segala pertimbangan yang begitu matang, barulah ia mendaftarkan dirinya menjadi calon anggota legislatif (caleg) dengan nomor urut dua (2) dari Partai Amanat Nasional (PAN) untuk daerah pemilihan (Dapil) 4 (empat) meliputi kecamatan Bangkala-Bangkala Barat, Kabupaten Jeneponto pada Pemilu 2014.
Ketika rekan rekannya sesama pewarta menanyakan langsung tentang ketertarikkannya untuk menjadi politisi dari pada bertahan pada profesinya sebagai seorang wartawan, dengan santunnya Lomba', begitu panggilan akrabnya sesama jurnalis, menuturkan, dirinya mendaftar sebagai caleg bukan karena materi.
Tetapi karena panggilan jiwa untuk dapat mengabdi kepada masyarakat Jeneponto, khususnya wilayah Bangkala dan Bangkala Barat.
"Buat apa saya mengejar materi, jika masyarakat di sekitar kita masih terlunta-lunta dengan kehidupan yang kurang perhatian dari pemerintah," cetusnya kepada sejumlah rekan pewarta, Minggu, 6 Oktober. Menurut suami dari Sudarni ini, ada rasa bangganya kalau menjadi anggota legislatif.
Selain sederhana dan merakyat, ia juga anti-feodalisme. Ia merasa lebih nikmat bergaul dengan masyarakat. Sikap ini terlihat dalam diri Mallombassang Kapi tiap kali dirinya bertemu dengan masyarakat, saat melakukan peliputan di masyarakat.
Dengan tidak sungkan-sungkan ia bisa betah berlama-lama berbicara dengan petani di pinggir sawah, mengenai tanaman, ternak maupun kesenjangan sosial lainnya. Prinsip hidupnya jika masih bisa melayani maka sebisa mungkin, Mallombasang tak bersedia untuk dilayani.
Kalau menjadi anggota legislatif tak jauh beda dengan profesinya sebagai wartawan, bisa mengontrol jalannya roda pemerintah daerah dan mengkritik kebijakannya.
Bapak dari dari satu orang anak ini, Muhammad Daffa Maldar Mallombasang Kapi, lebih memilih Dapil 4 dikarenakan dirinya tinggal di wilayah Desa Banrimanurung, Bangkala Barat.
Bukan itu saja, dirinya sudah biasa berbaur dengan masyarakat di kawasan itu, tanpa pilih. Maklum, Kecamatan Bangkala dan Bangkala Barat sangat kental dengan derajat kekastaannya.
Dirinya menyadari, kepentingan rakyat lebih didahulukan, karena dirinya merasa mereka memiliki hak sama untuk hidup sesuai talenta yang dimiliki mereka.
"Yang menjadi persoalan, tidak banyak yang peduli terhadap tugas-tugas pengabdian seperti itu," ucap dia di balik alasannya kenapa ia terjun ke dunia politik.
"Saya merasa tulus dari hati sanubari saya dan bukan pemanis bibir saja," kata Mallombasang.
Dirinya tidak ingin memberikan janji-janji yang ternyata menjadi masyarakat kecewa pada dirinya. Selaku seorang wartawan, dirinya telah berbuat banyak di tengah masyarakat tanpa pamrih.
Seperti membela kepentingan masyarakat kecil dari tindakan semena-mena penguasa, dengan memberikan berbagai penyuluhan dan pengetahuan tentang apa yang di ketahuinya selama menjadi seorang pewarta kepada masyarakat.
"Saya heran kenapa kita harus takut untuk mengkritik kinerja pemerintah, ke mana peran anggota-anggota dewan yang selama ini hanya diam saja. Padahal mereka telah terpilih untuk membela kepentingan masyarakat," tegasnya.
Menurut Mallombasang, seharusnya para anggota dewan lebih peduli lagi terhadap kepentingan rakyat. (*)