Kulit Ratna putih, halus dan lembut: layaknya gadis keturunan pada umumnya. Wajahnya tidak seberapa cantik, polos dan berkacamata. Dia asli dari Kabupaten Bantaeng. Tidak ada yang istimewa dari Ratna tubuhnya agak genduk, dada dan pantat yang relatif besar, selain itu orangnya juga alim dan sopan.
Ratna yang sudah menjaling hubungan secara diam-diam dengan seorang pria bernama Iful. Iful yang setiap harinya hanya bekerja sebagai pencari berita menyewa satu kamar kos di tempat tugasnya.
Ratna yang saat itu memasukkan surat lamaran pekerjaan sebagai PNS menghubungi Iful. Dalam percakapan telpon itu, Ratna mengatakan, kak saya di Jeneponto, tepatnya di kantor Pos.
Kakak dimana, kalau boleh kak, saya mau bertemu dengan kakak. "Saya kangen sekali, sudah lama tidak pernah melihat wajah kakak," kata Ratna melalui telpon.
Iful yang saat itu lagi sendirian di kamar kosnya, memberikan petunjuk pada Ratna. Kamar kos saya berada di depan kantor Bupati. Pas ada lorong kecil, masuklah disitu. Tak beberapa lama kemudian Ratna datang dengan celana hitam dan jilbab hitam ke kamar kos Iful yang lagi sendiri.
Ratna di usianya yang hampir 30-an boleh dibilang sangat pandai merawat tubuhnya, kulit putih halus dengan ukuran toket 40. Parasnya cantik, rambut panjang terurai.
Rupanya Ratna yang kangen pada iful tidak pernah merasakan belaian pria, menyimpan lebih, tepatnya menimbun libido yang secara perlahan-lahan telah menggerogoti moralnya (walaupun belum sampai mengenai akal sehatnya).
Selama ditinggalkan kekasihnya sejak beberapa tahun yang lalu, Ratna sering merasa kesepian, tak jarang ia berusaha memuaskan dirinya sendiri dengan berbagai cara. karena ia sendiri sebenarnya malu kalau harus terang-terangan memberitahukan pada Iful.
Saat berdua berada dalam kamar kos, keduanya saling melepas kangen sambil memeluk. Tak beberapa lama melepas rindu, Iful mulai mendekatkan bibirnya ke bibir Ratna, pada akhirnya Ratna pum merasakan kenikmati dari ciuman itu.
Ratna juga mulai tertarik untuk melakukan hubungan seks. Ini dapat dilihat dari reaksinya Ratna yang malu, tapi mau, tak jarang ia menelan air ludahnya dan menjilati kedua bibirnya apabila melihat Iful. Ratna yang saat itu mengenakan kaos ketat datang ke kamar kosku. Padahal, bentuk tubuh Ratna begitu biasa jauh lebih seksi.
Sambil berciuman bibir, berlahan Iful membuka kancing baju satu persatu. Nampak dua gunung besar mulai menonjol keluar. Kemudian baju Ratna pun dilepas, sambil berciuman.
Dia menyibakkan rambutku dan menciumi tengkukku. Tengkukku merupakan daerah sensitifku, dan perlakuannya itu membuatku terangsang. Kubalikkan badanku menghadapnya, dan langsung menyambut bibirnya. Kami berciuman dengan penuh nafsu dan tangannya mulai masuk ke balik bajuku, meremas pantatku.
Tanganku mulai menelusuri punggungnya ke arah bawah, hingga aku bisa meraih celananya dan langsung kulepaskan berikut celana dalamnya. Kuremas batang kemaluannya yang sudah mengeras. Dia melepas bibirnya dari bibirku dan mulai melepas pakaianku, mulai dari baju sampai BH-ku dengan cepat dilepaskannya, hingga tinggal celana dalam saja yang melekat di tubuhku. Lalu dia membopong dan membaringkan tubuhku di atas tempat tidur kamar kos.
Setelah memposisikan tubuhnya di atas tubuhku, kami mulai berciuman lagi. Namun kali ini, ciumannya tidak hanya pada satu tempat. Lidahnya menelusuri seluruh bagian tubuhku, wajah, leher, dada, perut. Setelah menjilati perutku, dia menuju ke arah payudaraku. Dijilatinya daerah sekitar puting susuku, sementara tangannya meremas-remas payudaraku yang lain.
Lidahnya mulai mempermainkan puting susuku, lalu kadang-kadang dia menggigit atau menghisapnya dalam-dalam. Aku mendesah keenakan sambil meremas rambutnya yang lebat.
Setelah puas dengan yang di sebelah kiri, dia pun pindah melahap payudaraku yang sebelah kanan. Setelah itu lidahnya menelusuri perutku lagi, namun begitu sampai di celana dalamku, dia langsung menggigitnya dan menariknya hingga lepas. Dilebarkannya kedua kakiku dan dengan gerakan yang pasti dia membenamkan kepalanya di antara kedua kakiku itu.
Pertama, dia menjilati klitorisku, membuatku menggelinjang menahan rasa geli. Kemudian lidahnya digerakkan menuju bibir kemaluanku yang sudah sangat basah. Lidahnya dengan pasti menyusup ke dalam lubang senggamaku, sementara tangannya terus meremas kedua payudaraku.
Desahan-desahan terus keluar dari mulutku, "Oh.. ah.. enak sekali kak.. ooh..!” Tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang akan keluar, Kaak, aku mau keluar..!” Mendengar teriakanku ini, dia semakin bernafsu mempermainkan liang senggamaku dengan lidahnya.
Lalu aku merasa tubuhku menegang diiringi rasa nikmat yang luar biasa, dan tanpa sadar kepalanya yang berada di antara pahaku kujepit.
Dia menunggu orgasmeku lewat, dan setelah aku tenang dia berbisik di telingaku, "Gimana rasanya..?” "Enak sekali kaaak..,” aku menjawab sambil tersenyum. "Aku juga ingin merasakannya..,"dia berkata membalas senyumanku.
Posisi kami sudah berbalik. Sekarang dia sudah berbaring di bawahku. Aku mulai dengan menciumi bibirnya, wajahnya, lalu turun ke leher, dada dan perut. Kuraba batang kejantanannya yang masih mengeras dan dengan perlahan kuarahkan ke mulutku.
Kujilati perlahan batang kemaluan itu, dan setelah seluruh permukaannya basah, aku pun memasukkannya ke dalam mulutku. Bagiku, ukuran batang kemaluannya termasuk besar, sehingga aku harus membuka mulutku lebar-lebar agar seluruhnya bisa masuk. Kukocok batang kemaluannya dengan mulutku, dan sesekali kuhisap. Aku mendengar lenguhannya setiap kali batangnya kuhisap, "Wow.. ooh.. oohh.."
Mendengar lenguhannya itu, aku semakin bernafsu. Kupercepat kocokanku dan lebih sering lagi kuhisap. Tidak berapa lama. Kami berdiam diri sejenak. Namun tidak berapa lama, tangan kami mulai meraba-raba lagi. Dia meraba bibir kemaluanku, sedangkan aku meraba batang kejantanannya. Bibir kami saling berpagutan, hingga kurasakan batang kejantanannya kembali menegang dan liang senggamaku mulai basah.
Kemudian dia berguling ke atasku, kali ini batang kejantanannya digesek-gesekkan ke bibir kemaluanku. Bibir kami masih tetap berpagutan. Tangannya mulai membimbing batang kemaluannya menuju ke lubang senggamaku.
Aku mulai merasa batang kejantanannya perlahan-lahan digesek-gesek terasa sakit, karena saya masih perawan. kemudian meminta agar jangan di masukkan, karena sakit, dia pun mengerti hanya menggesek-gesek saja, sampai
ke lubang senggamaku.
Tak berapa lama di gesek-gesek air maniku kembali tumpah keluar. Dengan secara bersamaan dia mengalami ejakulasi. Kurasakan air maninya panas. Kuperhatikan wajahnya, dia nampak seperti kesakitan, namun setelah selesai, dia menarik nafas. Dia berkata, "Terima kasih, sungguh nikmat sekali."
Aku membalas dengan mencium lembut bibirnya, lalu berbaring sejenak di sebelahnya.
Aku pun langsung berdiri dan masuk ke kamar mandi untuk membersihak air maninya yang tumpah di atas perutku. Dan kembali ke kantor pos menemui temanku yang sudah lama menunggu, untuk kembali pulang ke Bantaeng.