Geliat Petani Rumput Laut di JenepontoHarga Anjlok, Minta Pemerintah Turun Tangan
MALLOMBASANG/FAJAR
MENYUSURI pesisir Pantai Batu Leleng, Desa Mallasoro, Kecamatan Bangkala, Anda akan disuguhi dengan aktivitas warga yang hampir sama dan terjadi sepanjang hari.

OLEH: Mallombasang, Bangkala
Aktivitas yang hampir seragam itu adalah menjemur, mengangkat rumput warna hijau, mengayuh sampan, membenahi tali dan lainnya. Mereka adalah petani rumput. Di daerah berjuluk Butta Turatea terdapat ribuan warga yang menggantungkan hidupnya sebagai petani rumput laut.

Biarpun harga rumput laut mengalami penurun drastis, petani rumput laut di pesisir pantai itu tetap semangat melakukan aktivitasnya sehari-hari. Mereka menaruh bentangan tali untuk menanam bibit di laut.

Selain harga anjlok, maraknya pembiusan ikan di kawasan tersebut juga adalah problen lain. Akibatnya, mereka mengalami penurunan produksi rumput laut. "Pembiusan ikan mengakibatkan rumput laut terserang penyakit selama dua tahun berturut-turut," ungkap salah seorang petani rumput laut Sakari saat ditemui FAJAR, Minggu, 23 Januari.

Rumput laut yang sudah diserang penyakit, mau tidak mau harus dipanen kendati umurnya masih muda. Namun, kini para pembius sudah tidak ada lagi. Karena masyarakat sudah kompak mengusir pembius dari kabupaten lain.

Ia menjelaskan, sebelumnya masyarakat pesisir Pantai Batuleleng menanam bibit rumput laut jenis katonik. Jenis katonik peka dengan zat kimia dan mudah terserah penyakit. Jenis ini bisa dipanen pada dua bulan hingga tiga bulan.

Namun, mereka kini beralih ke jenis lainnya. Yakni rumput laut jenis safari yang tahan dengan penyakit dan zat kimia serta tahan terhadap musim. "Bahkan, bibit jenis safari sebulan sudah bisa dipanen," ujar Sakari.

Sayangnya, harga rumput laut di kawasan ini berbeda dengan harga di Bantaeng. Perbandingannya sangat jauh. Harga rumput laut di Bantaeng mencapai Rp9.500/kg. Sedangkan di Batuleleng harganya anjlok, bukan karena kualitasnya rendah, tetapi harga standar dari pemerintah tidak ada, sehingga pembeli memainkan harga di tingkat petani. "Kalau membeli ditingkat petani seharga Rp2.200 rupiah/kg, Kemudian dijual kembali ke pengusaha seharga Rp2.800 rupiah/kg," ujar Sakari.

Nurdin juga mengeluhkan anjloknya harga. Bahkan hampir tiga kali lipat. "Turunnya harga tinggi sekali pak," keluhnya.

Apalagi, kata Nurdin, saat musim hujan, pertumbuhan rumput laut berbeda dibandingkan dengan musim kemarau. Ditambah lagi tanaman rumput laut mudah terserang penyakit.

Untuk itu, Nurdin dan beberapa petani rumput lainnya berharap agar pemerintah bisa turun tangan membuat aturan harga standar di tingkat pembeli. "Kalau tidak seperti itu, maka kita tetap dipermaikan kalangan pengumpul rumput laut," ujarnya. (*)

Related product you might see:

Share this product :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Mallombasang Kapi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger