Insinyur Jadi Pegawai Puskesmas
KASUS dugaan manipulasi data honorer atau PTT (Pegawai Tidak Tetap) di Jeneponto sedikit demi sedikit mulai terungkap. Dugaan manipulasi data ini dilakukan agar honorer memenuhi syarat masuk data base formasi tahun 2010 yang telah dikirim ke Badan Kepegawaian Negara (BKN) di Jakarta.Hasil penelusuran tim Investigasi FAJAR selama sepekan, terungkap adanya dugaan penyisipan/penyusupan honorer di Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto yang diduga
dilakukan oleh oknum pegawai Puskesmas. Terjadilah honorer siluman di instansi ini.
Menurut pengakuan salah satu orang tua honorer di Puskesmas Kecamatan Arungkeke, Haeruddin Karaeng Lawang, salah seorang pejabat nekat merekomendasikan enam honorer siluman, masing-masing berinisial Sr (lulus SPK tahun 2006), Rit (lulus SPK tahun 2009), Rah (lulus SPK tahun 2005), Amr (lulusan SMA), Bsm (lulusan SMA), dan AN untuk dimasukkan ke data base tahun 2010.
Berkasnya sudah dikirim ke BKN pusat. Padahal selama ini yang bersangkutan tidak pernah menjadi honorer di puskesmas tersebut.
Lebih anehnya lagi, kata Haeruddin, muncul AN bertitel insinyur yang notabene adalah seorang kepala desa, masuk menjadi honorer di Puskesmas Arungkeke. Jangan-jangan nanti insinyur menjadi perawat. "Kalau seorang insinyur dibuatkan SK honorer sebagai perawat, ini kan sudah sangat salah," kata Haeruddin.
Data yang dikemukakan Haeruddin, diluruskan oleh Kepala Puskesmas Arungkeke, Mansyur, ketika dihubungi FAJAR, Minggu, 28 November, malam tadi. Katanya, AN memang terdata sebagai honorer Administrasi Puskesmas, bukan perawat.
Namun demikian, Mansyur mengakui bahwa memang ada kesalahan saat pendataan. Sebelumnya, AN tercatat sebagai tenaga honorer di kantor Kecamatan Batang, akan tetapi setelah ke luar data, nama yang lulus berkas masuk tenaga Administrasi di Puskesmas.
Lantas bagaimana AN bisa menyusup atau mungkin disusupkan ke Puskesmas? Mansyur beralasan, bahwa NA selama menjadi kepala desa, banyak membantu.
Lain lagi Amr, ia sudah 10 tahun bekerja di Koperasi Berkah dan telah menjadi pimpinan cabang di Kabupaten Pinrang.
Selama ini, Amr memang berdomisili di Pinrang. Itu sebabnya, kehadirannya di Jeneponto sebagai tenaga honorer yang diajukan berkasnya ke BKN, sempat mengagetkan mereka yang notabene benar-benar telah melaksanakan tugas sebagai honorer di Puksesmas tersebut sejak tahun 2005 lalu.
"Tiba-tiba ada honorer siluman dari luar Jeneponto yang tidak pernah kita sama-sama kerja di sini (maksudnya di Puskesmas Arungkeke), kata salah seorang honorer yang menolak namanya disebutkan.
Keanehan demi kaenahan terjadi di Butta Turatea itu. Menurut Haeruddin, bisa-bisanya ada ijazah SMA menjadi tenaga honorer perawat di Puskesmas tersebut. FAJAR pun menelisik keanehan yang disebutkan Haeruddin.
Didapatkan data, bahwa untuk memuluskan aksi honorer siluman itu, semua data yang dibutuhkan seperti SK honorer, absensi kehadiran melaksanakan tugas, DPA dan rekap LPJ bukti ada menerima
gaji setiap bulannya sejak tahun 2005 sampai tahun 2010, diduga hasil sebuah kerja manipulatif.
Modusnya adalah memalsukan tanggal dan tahun yang tertera di data tersebut dalam bentuk data asli yang dibuktikan oleh adanya stempel dan tanda tangan basah oleh pejabat yang bersangkutan.
Mengapa hal itu dilakukan? "Boleh jadi ada faktor kedekatan, Pak. Bukan berdasarkan dengan
masa bekerja," kata Haeruddin.
Kedekatan yang Anda maksud, apakah hubungan keluarga atau ada faktor lainnya, misalnya untuk kepentingan politik? Haeruddin hanya senyum-senyum. "Yang jelas, pada pemilihan bupati dan wakil bupati Jeneponto tahun lalu, saya tidak berpihak kepada bupati terpilih. Saat itu, saya berpihak kepada calon Bupati, Syamsuddin Zaenal yang dikenal dalam kampanye dengan istilah, SEJALAN.
Di situlah anak saya tidak diluluskan. Disingkirkannya anak saya, diganti dengan honorer siluman lainnya, tentu saja saya tidak langsung menuduh bahwa Kepala Puskesmas Arungkeke, Mansyur melakukan itu karena ada hubungan keluarga dengan honorer siluman yang lulus berkas tersebut," kata Haeruddin.
AN yang dihubungi FAJAR mengakui, pernah menjadi tenaga honorer di kantor Kecamatan Batang pada tahun 1999. Ia kemudian mengikuti tes pendataan tenaga honorer tahun 2005. Namun, tidak lulus masuk dalam database untuk diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil.
Selanjutnya, kembali lagi dilakukan pengisian biodata atau pendataan honorer pada Agustus 2010. "Keluarlah nama saya dalam listing hasil verifikasi BKDD Jeneponto untuk dikirim ke BKN pusat. Setelah data diserahkan ke BKN pusat, muncullah nama saya sebagai tenaga Administrasi di Puskesmas Arungkeke, bukan sebagai honorer di kantor Kecamatan Batang.
Artinya, bukan kesalahan pada saya, melainkan kesalahan pada panitia yang menginput data, masak nama saya ada di Puskesmas Arungkeke," kata AN dengan nada tanya.
AN sesungguhnya tidak mempersoalkan hal tersebut. Menurutnya, yang penting lulus berkas. "Ya penting, saya lulus berkas dan masuk dalam listing untuk diangkat menjadi CPNS, karena itu bukan kesalahan saya," kata AN.
Dia pun mengungkapkan, bahwa kalau mau ditelusuri honorer yang berjumlah 3.511 orang itu, yang siluman lebih banyak. "Paling hanya bisa dihitung dengan jari honorer yang murni. Karena sejak tahun 2006, pemerintah pusat sudah melarang pemkab merekrut honorer daerah, tapi kenapa honorer semakin membengkak," kata AN. Justru adanya seperti itu lanjut AN, dirinya menemukan celah dan mencari kesempatan agar bisa terangkat menjadi PNS.
Kepala Dinas Kesehatan Jeneponto, dr Alim Alwi yang dikonfirmasi FAJAR mengakui, honorer Dinas Kesehatan yang diusulkan mencapai 250 orang. Yang lulus berkas hanya 150 orang untuk masuk dalam listing. Jumlah itulah yang diverifikasi oleh tim pusat.
Ia pun membantah adanya sinyalemen honorer fiktif atau siluman yang dia usulkan itu. Menurutnya, semua SK dibuat pada tahun 2004 dan 2005. Alim kemudian tidak mau terlalu banyak berkomentar terkait tenaga honorer. (tim)